Ini nih, buku yang bisa bikin saya mengharu biru.. meskipun saya termasuk telat bacanya.. Mantabbbb... saya beli buku ini hampir setahun yang lalu, awal-awal baca masih belum "klik" dengan alur cerita dan istilah-istilah yang tidak familiar dengan sehari-hari saya, tapi ternyata pas udah masuk bab 3 udah mulai nyambung sama gaya nulisnya Andrea Hirata.. Makin banyak lembar yang dibaca makin gak bisa brenti bacanya.. sampe lembar terakhir... dan saya sudah mengulang membacanya 2 kali... lengkap dengan Sang Pemimpi dan Edensor...
Buku ini mengingatkan saya bahwa kita jangan berhenti bermimpi untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Gak pernah kebayang kan sebelumnya, seorang anak melayu belitong, sekolah di SD yang udah hampir rubuh, anak pegawai rendahan, bisa mewujudkan mimpinya untuk sekolah di Perancis, di Universitas bergengsi, Sobborne.... Semua itu bisa terwujud, karena Ikal, tidak pernah berhenti untuk bermimpi.. meskipun sempat ketika hampir ujian akhir SMA, Ikal hampir putus asa akan nasibnya.. ketika dia harus menjadi kuli ngambat untuk membiayai sekolahnya, ketika dia merasa tidak ada gunanya lagi mengejar ilmu, kalau pada akhirnya "hanya" akan menjadi kuli juga... Untungnya, ada Arai, sang Simpai Keramat, yang memaki, membangkitkan semangat, bahwa seseorang tidak boleh berhenti untuk bermimpi... "Jangan berhenti bermimpi, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu...".
Bab favorit dalam buku ini adalah ketika mengisahkan Lintang, sang jenius dari SD Muhammadiyah Belitong, bagaimana dia harus menempuh 40km bolak balik tiap hari dengan mengayuh sepeda untuk pergi ke sekolah, bagaimana dia harus belajar dengan lampu tempel, tetapi tetap semangat, bagaimana dia beradu argumen pada saat cerdas cermat, dan terakhir, saya tidak dapat menahan air mata saya ketika membaca bahwa Lintang harus putus sekolah beberapa saat sebelum lulus sekolah karena ayahnya, sang Cemara Angin meninggal, sehingga Lintang harus menggantikan posisi ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Dan di saat teman-teman dan Bu Mus menangisi keadaan ini, Lintang dengan tersenyum berkata "Paling tidak aku sudah mewujudkan impian ayahku, yaitu tidak menjadi nelayan...". Dan setelah itu.. bertahun-tahun kemudian, Lintang dengan segala kejeniusannya mengabdikan diri untuk keluarganya dengan menjadi supir truk proyek tambang...
Buku ini juga menjadi favorit Nisa, dan sangat menginspirasinya.. untuk menjadi anak yang tidak mudah menyerah pada keadaan...
Thanks to Andrea Hirata.. this book is so inspiring....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar